Selasa, 23 September 2008

Cultural Workshop dalam Jambore






Culture workshop atau sanggar budaya adalah sanggar tempat kita mempelajari seni budaya tradisional dari setiap kontingen. Karena itulah Culture Workshop terdiri dari 15 stand, dari setiap kontingen. Karena menyangkut budaya, letak Culture Workshop bersama dengan Scout Exhibition dan Culinary Heritage.
Setiap sanggar yang didirikan sangat menarik.
Kontingen Jakarta menyediakan tiga sanggar. Yang pertama adalah tari betawi dengan lagu ondel-ondel. Sanggar kedua modern dance dan yang ketiga budaya Flores. Kakak-kakak yang mengajari kami sangat baik. Kami tidak bosan. Selain kontingen Jakarta, masih ada sanggar yang mengajari kami tarian daerah mereka. Yaitu kontingen Palembang
Kakak-kakak dari kontingen Bandung mengajari kami bermain suling untuk mengiringi lagu daerahnya, cingcangkeling. Suling yang dipakai adalah suling asli dari Bandung yang dibuat dari bambu. Disini kita bisa memainkan sulingnya hingga berulang kali hingga kami benar-benar bisa. Tidak hanya kontingen Bandung yang mengajari kami memainkan alat musik, tetapi juga dari Palembang, Malang dan lainnya.
Sanggar kontingen Yogyakarta mengajari kami membatik. Namanya batik celup. Caranya, kami mengambil batu yang akan dibungkus dengan kain. Kain yang digunakan adalah kain yang sudah bermotif batik dan diikat dengan karet. Setelah itu dicelupkan kedalam pewarna dan dijemur. Karena itu, namanya adalah batik celup. Hanya sanggar dari Yogyakarta yang mengajarkan kami membatik.
Itu hanya sebagian kegiatan yang dapat kami jelaskan di sini. Masih ada kontingen lain yang mengajari kami menjahit kain dan memainkan permainan khas daerahnya.
Manfaat mengikuti Culture Workshop sangat banyak. Selain bisa mempelajari kesenian-kesenian tradisional, kita juga mendapatkan banyak teman baru. Disini kami bermain sambil belajar, karena itu kita tak akan merasa bosan. Justru sebaliknya, kita akan senang dan mau lagi...lagi...dan lagi!
(Stephanie Blondy.8B, Janice Kristina.8C SMP Pax Ecclesia)

Rabu, 10 September 2008

Pengalaman saat Jambore Jabalambang VIII



Namaku Brendan. Saya dari SD. Maria Fransiska. Saat liburan besar ini aku mengikuti Jambore Pekan Kekerabatan VIII yang diikuti oleh kontingen se-Jabalambang [ Jawa, Bali, Lampung, Palembang]. Kami termasuk dalam kontingen Jakarta. Dari SD Maria Fransiska, kami berenam, saya, Vito, Evita, Arthur, Reinhard, dan Clara. Kami ikut dengan rombongan dari SMP Pax Ecclesia. Jambore tersebut berlangsung mulai tanggal 28 Juni dan berakhir pada tanggal 3 Juli.
Pada tanggal 27 Juni kami berangkat dengan truk dan sampai disana sekitar jam 15.00. Sore itu kami berkesempatan mendirikan tenda, jalan jalan, makan mi rebus dan bersantai dulu sambil menikmati pemandangan di gunung geulis yang indaaaahhh sekali. Malamnya kami tidur di tenda masing masing. Tetapi, walaah malam hari hujan turun. Tenda kami basah, tidak bisa menahan air yang terus menerus ngerembes. Terpaksa kami mengungsi di pos sekretariat kampung kami. Oh... ya, ada 4 kampung di jambore ini yaitu Green Wood Village, Blue Ocean Village, Red Hill Village, dan Yellow Rock Village. Besoknya dalam upacara pembukaan , aku terpilih menjadi pengibar bendera kontingen Surakarta. Pada acara food festival malam harinya, aku bertandang ke tenda Palembang. Di sana aku dijamu pempek Palembang, kan lumayan enak dan gratis. Besoknya setelah sarapan indomie, kami mengikuti kegiatan religious activities. Disana kami membuat rosario, pohon harapan. Setelahnya kami mengikuti scouting skill dan mendapatkan sertifikat scouting skill, yess! Juga, aku masih sempat mengikuti kegiatan di FTA1 dan FTA2. Di FTA1 aku mengikuti berbagai kegiatan seperti membuat wayang, patung gips, mosaik, papercraft dan masih banyak lagi. Di FTA2 aku mengikuti Squirrel jump, Spider web, Crocodile Bridge, dan Cargo net. Tiap malam ada evening activities yang amat seru. Kegiatan lainnya seperti walk in, culinary heritage, culture workshop, scout exhibition, global development village, hiking, dan animal kingdom excursion menunggu partisipasi saya. Akibatnya jambore kali ini memberikan berjutaaaa-jutaaa kenangan bagiku, mulai dari hari pertama sampai hari ketujuh, semuanya memberikan nuansa tersendiri bagiku. Aku ingiiiin sekali ikut jambore lagi, yang penuh dengan tantangan dan rintangan…..Salam Pramuka. (Brendan Ardyanta Putra, kelas 5)

Pramuka tidak menarik?






PRAMUKA TIDAK MENARIK?

Kemarin seorang siswa saya tanya, apakah ia mau menjadi Pramuka? Jawaban yang diperoleh negative. Dia tidak suka menjadi pramuka, dia malu kalau harus berseragam pramuka. Ketika ditanyakan mengapa dia tidak suka. Dia menjawab, apa gunanya menjadi seorang pramuka. Latihannya tidak menarik, hanya bernyanyi-nyanyi dan bertepuk tangan. Paling-paling yang dilatihkan tali temali, semaphore atau morse, selebihnya hanya baris-berbaris. Jawaban siswa tersebut tidak seluruhnya salah. Memang di banyak sekolah seringkali kegiatan pramuka tidak ada. Yang ada hanyalah siswa pada hari-hari tertentu berseragam pramuka. Kalaupun ada kegiatan itu hanyalah sedikit nyanyi, berhaha-hehe, bertepuk tangan dan mungkin baris berbaris. Itupun kalau kebetulan ada guru yang sedikit mempunyai perhatian kepada Pramuka.
Apakah itu saja yang dilakukan seorang pramuka? Pasti bukan! Jika ditelusuri apa sebenarnya kegiatan pramuka itu, pastilah setiap pemuda akan menyukainya. Pada tahun 2007 ini dirayakan 100 tahun kepanduan di dunia ini. Kepanduan dunia telah berumur 100 tahun! 100 tahun lalu Lord Baden Powell mengadakan perkemahan dengan beberapa pemuda di Brownsea Island. Kegiatan ini dipandang sebagai lahirnya kepanduan dunia. Lord Baden Powell ingin memfasilitasi anak-anak muda yang ingin mengabdikan dirinya untuk setia kepada Tuhan, tanah air, sesama dan alam lingkungan hidup. Untuk itu anak-anak muda diajari mampu mandiri, bekerja dan tolong menolong. Dalam rangka kemandirian ini, seorang pramuka diajak berlatih keras untuk mendapatkan keterampilan hidup. Memasak sendiri, tidur di kemah yang sederhana, berpetualang di alam terbuka, memiliki keterampilan berkelana, memanjat, menggunakan tali untuk menuruni lembah atau jurang, menolong orang yang terluka dan celaka dll. Dia harus mampu hidup sederhana, menggunakan hal-hal yang ada di sekitarnya untuk menyelamatkan dirinya dan orang lain. Tidakkah ini menarik? Bukankah kita harus berjuang untuk hidup mandiri? Atau ................ kita seumur hidup hanya mau tergantung kepada orang lain? Bukan itu yang dilakukan di Gugusdepan Pramuka yang berpangkalan di PAX ECCLESIA! Lihat saja foto-fotonya ! (HT)

Selasa, 09 September 2008

Kelompok Bermain Maria Yacintha



Kelompok bermain adalah kelompok anak-anak yang berusia 2 sampai 4 tahun. Disinilah anak dapat bermain sambil belajar untuk mengembangkan kemampuan social emosional, motorik, bahasa, pengetahuan dan seni. Anak dapat belajar untuk mengenal sesamanya, sebab dengan berkumpul anak-anak akan mendapat banyak sekali pelajaran yang berguna bagi dirinya sendiri dan mengenal berbagai karakter anak lain. Anak yang semula hanya mengenal lingkungan di rumah (papa, mama, kakak, adik dan pembantunya) sekarang dia harus mengenal lingkungan yang lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah. Di sana ia bertemu dengan teman, guru, kepala sekolah dan karyawan kebersihan di sekolah. Dia harus mengenal peraturan kelompok. Selain itu ia juga harus belajar untuk berbagi dengan teman. Lalu ia juga harus berusaha untuk mandiri dan belajar untuk tidak selalu ditolong. Pendek kata KB memberikan kesempatan pada anak usia dini untuk mulai bersosialisasi dengan lingkungannya. Kelompok Bermain juga membantu anak untuk dapat menggali bakatnya sejak dini. Begitulah Kelompok Bermain Maria Yacintha! KB Maria Yashinta berusaha menggali dan mengembangkan bakat anak, dengan mengikutsertakan anak dalam berbagai lomba yang sesuai dengan usianya. Misalnya lomba mewarnai yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI. Tujuannya adalah untuk melatih ketrampilan dan keberanian anak. Di bidang ini seorang siswa telah berhasil meraih juara II. Lomba makan sehat yang diselenggarakan oleh TK Al-Azhar bertujuan untuk membiasakan anak mengkonsumsi makanan yang sehat (sayur, lauk, buah). Sehingga anak tidak hanya mengetahui dan mengkonsumsi makanan cepat saji yang umumnya memiliki gizi kurang baik. Selain itu melatih anak untuk mengetahui dan mematuhi etika makanan yang baik. Dalam bidang ini seorang siswa TK Maria Yashinta berhasil menjadi juara pertama. Dengan keberhasilan ini dia merasa bangga karena ia dapat memperoleh prestasi dengan usahanya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan usia dini membuat anak dapat tumbuh baik dengan giat bermain dalam kelompoknya. KB Maria Yacintha tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan orangtua yang telah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk memulai pendidikan usia dini di KB Maria Yashinta. Seluruh guru dan karyawan siap membantu anak untuk menggali bakat mereka. Diharapkan dengan pembinaan dan pendidikan usia dini yang baik di Maria Yacintha, anak dapat memiliki kemampuan intelektualitas dan moralitas yang baik dan dapat menjadi kebanggaan orangtua dan guru, dapat menjadi generasi penerus bangsa yang mampu memajukan dan membangun bangsa dan Negara Indonesia. ■K

Kamis, 04 September 2008

Panjat Tebing di SD Maria Fransiska



Di sekolahku, ada beberapa macam kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya adalah panjat tebing. Ada beberapa teman-temanku yang mengikutinya, karena panjat tebing itu sungguh mengasyikkan. Ada beberapa saran dan pendapatku tentang kegiatan ekskul panjat tebing di sekolahku. Saranku adalah, agar tebingnya dipertinggi, agar kita lebih berani menghadapi tantangan. Meskipun tebing yang sekarang ada di sekolahku cukup tinggi, tapi cobalah yang lebih ekstrim/menantang. Dari kecil, kita harus belajar keberanian pada ketinggian dan yang paling pasti keamanan harus terjaga ketat, agar kita tidak mengalami kecelakaan. Dan pendapatku tentang panjat tebing ini adalah kegiatan yang sungguh mengasyikkan, mengajarkan kita keberanian pada ketinggian, menjadi anak yang aktif, dan menjadikan badan sehat juga. Karena panjat tebing juga termasuk olahraga ekstrim. Oke deh, itulah saran dan pendapatku tentang panjat tebing di sekolahku SD. Maria Fransiska.
(Anya 5B)